Orang tua pada umumnya memilih untuk memasukkan anak-anak mereka ke institusi pendidikan formal, yaitu sekolah. Sistem pendidikan anak belajar di sekolah ini menjadi pilihan utama para orang tua. Tetapi sesungguhnya, orang tua pun bisa memberikan alternatif sistem pendidikan anak-anak mereka lewat home schooling atau sekolah rumah.
Home schooling juga dikenal dengan sebutan home education atau sekolah rumah. Titik berangkat home schooling adalah keluarga, karena keluarga menjadi model pembelajaran yang pertama bagi anak. Pada intinya, home schooling adalah sistem pendidikan atau pembelajaran alternatif selain sekolah. Kekuatan utama home schooling terletak pada “customized education”, model pendidikan yang disesuaikan dengan nilai-nilai ideal yang dimiliki keluarga dan kondisi anak. Keduanya terlihat mulai dari tujuan, materi belajar, cara belajar, termasuk fleksibilitas pembiayaan.
Buku Sekolah Rumah sebagai Satuan Pendidikan Kesetaraan, yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, mengatakan homeschooling merupakan proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur, dan terarah dilakukan oleh orang tua / keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif, bertujuan agar setiap potensi yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Berikut beberapa alasan yang melatarbelakangi beberapa orang tua memilih home schooling :
1. Supaya hubungan antara orang tua dengan anak lebih dekat.
2. Orang tua tidak puas dengan kualitas pendidikan formal.
3. Pergaulan sekolah yang tidak terlalu baik bagi keamanan dan perkembangan anak.
4. Kurikulum sekolah yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan dan usia anak.
5. Tugas sekolah yang terlalu banyak menjadi beban bagi anak.
6. Anak memiliki kegiatan luar sekolah yang padat, sehingga tidak bisa mengikuti jadwal belajar di sekolah umum.
7. Orang tua banyak berpindah tempat tinggal.
8. Anak tidak suka sekolah formal dan lebih menyukai gaya belajar informal.
9. Anak pernah mengalami kekerasan di sekolah.
10. Penyeragaman kemampuan dan keterampilan anak di sekolah dapat mematikan bakat dan minat anak.
11. Anak berasal dari keluarga tidak mampu, sementara biaya pendidikan formal semakin tinggi.
12. Pengangguran atau anak putus sekolah.
13. Anak terlalu aktif dan sekolah terpaksa mengeluarkan anak karena guru mengalami kesulitan dalam mengontrol anak di kelas.
14. Anak memiliki kebutuhan khusus dan sistem di sekolah umum tidak bisa memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak.
Tujuan Home Schooling
Pada umumnya anak yang mengikuti sekolah formal akan diberikan berbagai macam mata pelajaran. Akibatnya, anak menjadi terjebak dalam memilih bidang kehidupan yang kelak dijalani di masa mendatang. Dan saat ini, banyak orang yang justru bekerja pada bidang yang tidak dipelajarinya. Hal ini dikarenakan orang tua dan anak telat mendeteksi bakat mereka yang sudah ada sejak lahir. Maka dari itulah, home schooling memberikan sistem pembelajaran dimana orang tua mampu menemukan bakat anak-anaknya sejak dini dan mengarahkannya agar berkembang maksimal, sehingga anak bahagia menggeluti bidang yang merupakan bakat atau minatnya hingga sukses di masa depan.
Home Schooling Mahal?
Home schooling bisa menjadi mahal jika orang tua mengundang guru privat untuk semua hal. Prinsip biaya dalam home schooling adalah “pay as you go”, bayar sesuai yang dibutuhkan dan digunakan. Dalam hal ini “fleksibilitas” menjadi kata kunci dalam urusan biaya pendidikan. Jika memiliki dana, penggunaannya bisa dimaksimalkan. Dan jika dana yang dimiliki tidak banyak, kualitas pendidikan tetap bisa didapat dengan kreativitas orang tua.
Pendidikan home schooling sangat bergantung dari peranan orang tua dalam membuat metode pembelajaran bagi anak, sehingga keberhasilan home schooling secara objektif dapat diukur dari tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan keluarga. Penilaian objektifnya bisa dinilai dari karakter, wawasan, skill, dan kemampuan berkarya di masyarakat. Mentalitas yang harus dibangun para orang tua jika anaknya mengikuti pendidikan home schooling adalah mentalitas menjadi perintis. Misalnya, kalau tidak ada fasilitas untuk belajar, maka sebaiknya mencari atau membuat sendiri bahan pembelajaran yang dibutuhkan. Karena memasukkan anak ke home schooling ataupun sekolah manapun adalah sebuah pilihan. ***
Oleh : Santi Mardiati