Batik adalah budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Secara etimologi, kata “Batik” berasal dari bahasa Jawa, yaitu “tik” yang berarti titik/matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah “batik”. Menurut KRT.DR.HC.Kalinggo Hanggopuro dalam buku “Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan”, menuliskan bahwa para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata “Batik”, akan tetapi seharusnya “Bathik”.
Hal ini mengacu pada huruf Jawa “tha” bukan “ta” dan pemakaian bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut, sebenarnya batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain melalui proses pemalaman, yaitu menggoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.
Kata batik sendiri memiliki beberapa pengertian. Menurut Hamzuri dalam bukunya “Batik Klasik”, batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering digunakan adalah lilin atau malam. Kain yang sudah digambar dengan menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan. Setelah itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Pada akhirnya, dihasilkanlah sehelai kain yang disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus. Ditinjau dari perkembangannya, batik mulai dikenal sejak jaman Majapahit dan masa penyebaran Islam. Batik yang pada mulanya hanya dibuat terbatas oleh kalangan keraton; dikenakan oleh raja, keluarga, serta pengikutnya, kini oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar keraton dan berkembang di masyarakat.
Bila Indonesia tersohor dengan batik Solo dan Yogyakarta, batik juga mulai berkembang di Pulau Natuna yang memiliki kekhasan sendiri. Sejak tahun 2011, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Natuna dibawah kepemimpinan Hj.Yusnani Ilyas Sabli mematenkan motif pandan menjadi batik pandan khas Natuna. Berawal dari pembuatan tikar pandan dengan corak kotak-kotak, batik Natuna saat ini hadir dengan corak warna yang unik, motif pohon pandan, serta berbentuk garis-garis menyerupai hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Seiring perkembangannya, batik Natuna sudah merambah ke pembuatan bahan batik mulai dari katun sampai sutra, tas, dompet, gantungan kunci, hiasan dinding, dan masih banyak lagi.
Jika pemerintah telah mencanangkan budaya batik, dan jika kita cinta kepada Indonesia, tentunya kita harus juga mencintai apa yang Indonesia miliki, seperti memakai Batik Natuna, warisan budaya Indonesia kita.
Penulis : Santi Mardiati